Kisah Haji Endang, Bangun Jembatan Penyebrangan di Karawang Kini Raih Cuan Rp20 Juta Per Hari

0

Bagaimana kisah Haji Endang saat membangun sebuah jembatan untuk penyeberangan orang-orang?

Sosok Muhammad Endang Juanedi atau Haji Endang menjadi perhatian karena membangun jembatan perahu ponton di Karawang, Jawa Barat. Karena hal ini, Endang bisa menghasilkan omset Rp20 juta per harinya.

Jembatan yang membelah Sungai Citarum ini menghubungkan antara Desa Anggadita, Kecamatan Klari dengan Desa Parangmulya , Kecamatan Cikampel. Warga hanya harus merogoh kocek Rp2 ribu untuk menyeberangi jembatan ini.

Pembangunan jembatan ini dilakukan pada tahun 2010 lalu. Ketika itu seorang tokoh Dusun Rumambe menyampaikan permintaan kepada Haji Endang.

“Karena jalan buntu, agar kampungnya enggak terisolasi maka perlu dibangun penyeberangan. Dulu ini tempat menyeberang kerbau,” ujar dia.

Endang mengatakan, kala itu dirinya sempat meminta izin kepada Dadang S. Muchtar selaku Bupati Karawang masa itu. Dia juga sempat menawarkan kerja sama dengan pemerintah daerah. Akan tetapi, karena beberapa alasan, termasuk risiko, Dadang menyarankan Haji Endang menjalankannya sendiri.

Terdiri dari rangkaian besi

Jembatan kayu (Flickr)
Baca Juga  Targetkan Pertumbuhan 8 Persen Per Tahun, Ini Peran Bisnis Franchise Wujudkan Indonesia Emas 2045

Haji Endang menjelaskan jembatan penyeberangan itu terdiri dari rangkaian perahu ponton yang terbuat dari besi. Ada 11 perahu yang dirangkai dengan jarak sekitar 1,5 meter.

Di bagian atas perahu ponton diberi alas, sehingga pengendara seperti melewati jalan biasa. Masing-masing perahu diberi tali pengaman yang digantung.

Juga ada ban pelampung di setiap sisi sebagai antisipasi. Jika air naik, maka jembatan ditambah satu rangkaian yang terdiri dari dua perahu.

Haji Endang bercerita awalnya jembatan itu hanyalah perahu eretan biasa. Namun belajar dari pengalaman dan menerima masukan, jembatan tersebut menjadi seperti sekarang.

Awalnya ditolak warga

Haji Endang (Instagram @inews)
Baca Juga  Kuasai Pangsa Pasar Hampir 77 Persen, Ini 5 Toko Ritel Modern di Indonesia

Haji Endang mengungkapkan pembangunan jembatan ini tidak selalu lancar, pasalnya tak semua warga menyetujui pembangunannya. Ada warga yang merasa pembangunan ini akan memberi dampak buruk kepada kampungnya

“Enggak semua warga mendukung. Ada yang takut nanti banyak maling dan lain-lain. Tapi sebagian besar tokoh mendukung,” ucapnya.

Haji Endang mengaku terus memutar otak agar jembatan penyeberangannya aman. Dia pernah tiga kali mengganti perahu kayu. Kemudian teranyar menggunakan besi alias perahu ponton. Akhirnya tercetuslah ide untuk menggunakan besi atau perahu ponton. “Kita otodidak aja. Kita pikirkan juga safety-nya,”

Haji Endang juga membutuhkan modal Rp5 miliar untuk pembuatan jembatan itu. Dia beberapa kali meminjam ke bank. Kini, jembatan tersebut menjadi akses mobilitas warga. Warga yang melintasi jembatan perahu dikenai tarif Rp 2.000.

“Pendapatannya tak kurang Rp 20 juta per hari,” ungkapnya.

Haji Endang menjelaskan pemasukan tersebut dipakai untuk biaya opersional kurang lebih lebih Rp 8 juta per hari. Biaya operasional tersebut untuk perawatan, penerangan, hingga upah pekerja.

“Perawatan itu termasuk juga perawatan jalan akses ke sini,” terangnya.

Jika kamu ingin bertanya perihal franchise atau kemitraan, bisa menghubungi nomor WhatsApp di bawah ini.

WhatsApp Chat Icon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *