Sidik Eduard merupakan seorang pelakon langganan main FTV yang tayang di Indosiar.
Ayah dua anak ini memiliki bayaran Rp8 juta-Rp10 juta sekali main untuk satu judul FTV.
Sayangnya, Ketika wabah Covid-19 ikut menyerang Indonesia, Sidik salah satu dari jutaan warga Indonesia yang terkena dampak.
Usai Covid-19 berlalu, Sidik cuma menerima pekerjaan 1 judul dalam 1 minggu, namun lama-lama tawaran pun hilang.
Nasib malang memang, Sidik punya imej buruk di industri gara-gara pernah main di satu judul FTV yang menceritakan dirinya punya tangan buntung tapi tangan yang disembunyikan di balik bajunya malah tertangkap kamera.
Adegan Sidik itu sampai viral di media sosial hingga akhirnya Sidik punya citra buruk di industri.
“Kantor bilang seperti itu, nah itu bukan satu atau dua orang, beberapa kantor bilang seperti itu, sidik sori ya imejnya tangan buntung banget nih,” kata Sidik Eduard bercerita kepada Deryansha Azhary di podcast Kasisolusi.
Singkat cerita, nasib suami dari Dea Salsabilla Amira ini seperti tidak jelas masa depannya karena tidak punya pekerjaan. Apalagi dia harus menafkahi istri dan kedua anaknya.
“Ya, gimana kalua gue gak ngerjain dari Indosiar, MK ini, gua gak makan dong, gua dapat hasil dari satu titik ini doang, pekerjaan. Maka mulai dari situ mulai berkurang, mulai berkurang, 2 bulan sekali, 3 bulan sekali bahkan sampai gak ada (kerjaan),” kata Sidik Eduard.
Sampai akhirnya di titik Sidik harus bangkit karena saat tidak punya pekerjaan, dia cuma punya uang tinggal Rp10 ribu saja.
Beruntung ada Sidik ada tawaran untuk satu judul FTV, namun saat itu tersisa uang cuma Rp1 juta.
Sisa uang itu tentunya harus diputar sebagai modal agar bisa menghasilkan lebih banyak lagi. Setelah dipikir-pikir, Sidik Edward pun memilih jualan bakso cilok di kawasan Kalisari, Depok, Jawa Barat.
“Gue gak pingin di titik tinggal 10 ribu, gimana nih (uang) sejuta itu bisa hidup dan muterin uang, sejuta ini (jualan) apa ya, sama istri. Ya, sudah bakso cilok aja,” kenang Sidik.
Memilih bakso cilok, kata Sidik, karena modalnya kecil. Selain itu, dia berpikir jika bakso ciloknya tidak laku bisa dimakan bareng-bareng sama istri dan kedua anak mereka.
“Ketika awal-awal jualan itu gua anak istri cuma makan bakso cilok, modal beli nasi di warteg goceng makan sama cilok bareng-bareng berempat,” cerita dia. (*)