Sejarah Iga Panggang Panglima Jadi Kuliner yang Rasanya ‘Gak Ada Obat’

0
(Instagram @igapanggangpanglima_pusat)

Iga Panggang Panglima saat ini jadi salah satu pilihan tujuan kuliner yang bisa meninggalkan memori menyenangkan.

Pasalnya, Iga Panggang Panglima yang ramai diburu pencinta kuliner sejak tahun 2007 ini jadi brand kuliner dengan harga ‘merakyat’ namun punya cita rasa luar biasa.

Budi, pemilik Iga Panggang Panglima, menuturkan bahwa konsep kulinernya berkiblat ke western. Wajar jika banyak yang membandingkannya dengan restoran.

Dia juga mengklaim konsep jualan kaki lima menjadi perintis iga panggang yang dijual di pinggir jalan.

Budi mengaku sengaja pakai kaki lima karena ingin semua kalangan bisa menikmatinya.

Baca Juga  Intip Franchise Kopi Nako yang Instagramable: Cara Daftar hingga Biaya yang Dibutuhkan
(Instagram @igapanggangpanglima_pusat)
(Instagram @igapanggangpanglima_pusat)

Pendidikan di Australia

Sebelum jadi pengusaha di bidang FnB, Budi sempat jadi pelajar di Australia pada tahun 1990-an.

Kebetulan, saat itu, Budi sering membuat barbeque dengan teman-temannya. Teman-teman Budi pun memuji iga bakar buatannya enak.

Kemudian, Budi juga hobi memasak. Padahal, pendidikannya tidak berhubungan dengan FnB.

Dia jadi banyak tahu membuat kuliner ketika bekerja di restoran di Australia. Dia pun ditantang oleh chef untuk membuat kuliner iga.

“Kayak teman-teman saya, chef-nya juga ternyata suka,” kata Budi, dilansir Liputan 6.

Baca Juga  Planet Gadget Buka Peluang Franchise, Target Balik Modal 2 Sampai 4 Tahun
(Instagram @igapanggangpanglima_pusat)
(Instagram @igapanggangpanglima_pusat)

Pulang ke Indonesia

Budi akhirnya pulang ke Indonesia di awal tahun 2000-an. Dia memutuskan membuka usaha kuliner dengan menu utama iga dengan resep buatan sendiri.

Budi lalu membuka kedai kaki lima dengan andalan iga panggang di kawasan Panglima Polim, Jakarta Selatan.

Awalnya, Budi yang memotong dan membakar iga. Sedangkan sang istri bertugas menyiapkan kentang dan jagung.

Dengan harga murah meriah, Iga Panggang Panglima akhirnya mendapat banyak pelanggan.

Konsumen tentu saja berkesan saat mencicipi iga panggang buatan Budi karena ukuran iganya yang bear.

Budi bercerita saat promosi, dia mengandalkan teman-temannya untuk mencicipi iga panggang buatannya tanpa harus bayar alias gratis.

“Besok dia bawa temannya yang lain, saya bisa kasih minum gratis. Words of mouth (mulut ke mulut) itu memang ampuh banget sampai terus lama-lama ramai,” kata dia.

(Instagram @igapanggangpanglima_pusat)
(Instagram @igapanggangpanglima_pusat)

Setelah dua tahun berjualan di halaman rumah, Budi akhirnya memindahkan kedainya ke kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Hal itu karena pelanggannya semakin banyak. Awalnya cuma satu karyawan hingga dibantu empat karyawan.

Awalnya, satu iga panggang dijual cuma Rp25 ribu saja hingga saat ini dijual Rp99.000.

Iga Panggang Panglima pun memuka kemitraan dan kini sudah hadir di Lebak Bulus dan Duren Tiga,  Sunter, Gading Serpong, BSD, Bintaro, Graha, Cinere, Duren Tiga, Joglo, Tebet dan Depok (segera buka di Jalan Merdeka Raya).

Jika kamu ingin bertanya perihal franchise atau kemitraan, bisa menghubungi nomor WhatsApp di bawah ini.

WhatsApp Chat Icon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *