Bagaimana kisah pemilik Marugame Udon yang putus kuliah tetapi bisa jadi miliarder?
Pemilik Marugame Udon yaitu Takaya Awata memiliki kisah menarik dalam perjalanan kesuksesannya. Padahal dirinya drop out dari kuliah, tetapi kini bisnisnya populer di dunia.
CEO dari Toridol Holdings ini terkenal dengan restoran mie udonnya. Karena usaha nya ini, Takaya masuk dalam jajaran miliarder.
Awata yang sekarang sudah berusia 61 tahun terjun ke dunia restoran setelah keluar dari Universitas Studi Asing Kota Kobe. Pada usia 23 tahun, ia membuka restoran ayam panggang gaya Jepang pertamanya pada 1985.
Namun, seperti yang pernah ia ungkapkan dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Jepang NHK, “Kami hampir tidak mendapatkan bisnis apa pun.”
Kunjungan ke kampung halaman mendiang ayahnya di prefektur Kagawa, Jepang, yang terkenal dengan kedai mie udonnya, memberinya ide baru.
Melihat antrian panjang di luar restoran udon, yang memasak mie kenyal dan terbuat dari tepung terigu tepat di depan para pelanggannya – sebuah adegan yang digambarkan Awata dalam postingan blognya sebagai “pengalaman emosional dalam menikmati makanan” – menginspirasinya untuk membuat toko mie sendiri.
Membuka bisnis

Awata memulai bisnisnya pada tahun 1990 yang kemudian berkembang menjadi salah satu operator kedai mie terkemuka di Jepang dengan jaringan seperti Marugame Seimen atau Marugame Udon.
Awata juga memiliki restoran yang menyajikan mie beras Cina pedas, pancake, ramen, dan tempura yang baru digoreng.
Sejak 2010, Awata telah berfokus pada perluasan jejak Toridoll di seluruh dunia. Memiliki brand Marugame Udon, Toridoll sudah mengoperasikan hampir 1.900 restoran di seluruh dunia dengan saham yang melonjak lebih dari sepertiganya selama setahun terakhir usai pandemi.
Berdasarkan harga penutupan, Jumat 25 Agustus 2023, saham milik Takaya Awata di Toridoll sebesar 48% dan bernilai USD1,1 miliar. Di Jepang, perusahaan tersebut sudah memiliki lebih dari 1.000 restoran.
Invasi ke luar negeri

Bukan hanya di Jepang, Toridoll juga hadir di Amerika Serikat, Inggris, Kamboja, Hong Kong, Indonesia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam. Sebagian dari ekspansi global tersebut dicapai melalui akuisisi.
Pada tahun 2015, Takaya Awata mengakuisisi rantai makanan cepat saji Asia, Wok to Walk, yang hadir di Eropa. Kemudian tahun 2018, Toridoll membayar USD242 juta untuk Tam Jai International, operator jaringan mie populer di Hong Kong, TamJai dan SamGor, dan membawanya ke publik dalam IPO senilai USD180 juta tiga tahun kemudian.
Lalu pada bulan Juni 2023, Toridoll membeli Fulham Shore, operator restoran pizza dan makanan Yunani di Inggris, dengan harga sekitar USD118 juta. Tidak selesai disitu, Toridoll juga mengalokasikan lebih dari USD650 juta untuk merger dan akuisisi di Eropa, Asia, dan Tiongkok.
Hal ini bertujuan untuk melipatgandakan jumlah restoran miliknya menjadi lebih dari 5.500 dan menggandakan pendapatan hingga USD2 miliar dalam lima tahun ke depan. Pada kuartal terakhir di bulan Juni, Toridoll melaporkan rekor pendapatan sebesar USD360 juta, naik 20% dari periode yang sama tahun lalu.
Jika kamu ingin bertanya perihal franchise atau kemitraan, bisa menghubungi nomor WhatsApp di bawah ini.
