Kok Bisa Dijual Rp10 Ribu, Mie Gacoan Untung dari Mana?

0
(Instagram @mie.gacoan)

Mie Gacoan menjual makanan mulai Rp10 ribuan untungnya dari mana ya?

Apalagi buka tempatnya juga sebenarnya gak murah kan!. Kalau kamu lihat di setiap cabang ada konsistensinya, tempatnya selalu nyaman, lumayan luas, dan parkirannya juga luas.

“Sampai mereka dikira mereka tuh kedok bisnis parkiran sebenarnya. Karena motornya tuh selalu penuh. Dan mereka termasuk salah satu makanan yang kalau kalian lihat atau pesan secara ojol,” kata pengusaha sekaligus YouTuber Raymond Chin saat berbicara di podcast miliknya.

Raymond punya pengalaman setiap jajan di Mie Gacoan selalu dapatnya lama karena antriannya panjang banget.

“Jadi sebenarnya apa secret sauce-nya?,” tanya dia.

Raymond Chin bisa melihat dari 4 sudut berbeda, yakni branding, operations, cross-subsidy dan timing.

Mengenai branding mirip seperti cerita persaingan Android sama Apple. Yang paling pertama peloporin OS smartphone itu sebenarnya Android.

Baca Juga  Kok Bisa Jualan Mie Rp10 Ribu? Fenomena Mie Gacoan Unik Banget
(Instagram @mie.gacoan)
(Instagram @mie.gacoan)

Kasusnya di sini, Mie Kober lah sebagai pelopor mie pedas. Tapi yang dibikin persepsi sama konsumen atau masyarakat, yang nomor satu Mie Gacoan.

“Pas dia mulai ngelabelin diri sebagai Mie Pedas No. 1 Indonesia, itu sebenarnya salah satu cara untuk nge-brainwash kalian,” ungkap Raymond Chin.

Menurutnya, sebenarnnya gak perlu jadi pelopor, tak perlu jadi yang pertama, tapi yang penting selalu dipersepsi sebagai nomor satu secara pilihan konsumen.

Mie Gacoan terus mendorong nomor satu ini, bahkan di website pribadi Mie Gacoan. Mereka selalu bilang nomor satu.

“Di sini dan tetap bakal berusaha jadi nomor satu secara nasional. Dan branding-nya itu unik ya. setiap konsumennya juga pas dateng ngelabel Mie Gacoan itu tidak ada hari sepi di outlet Mie Gacoan,” katanya.

(Instagram @mie.gacoan)
(Instagram @mie.gacoan)

Parkiran Mie Gacoan selalu penuh, ujung-ujungnya selalu antrinya panjang. Menurut Raymond, soal nama brand juga pengaruh.

Kemudian, secara berulang-ulang bilang Mie Gacoan mengklaim nomor satu, menurut Raymod itu tindakan yang pintar.

Kedua, cross-sell atau cross-subsidy system

Mie Gacoan tetap ingin mendapat stempel murah atau affordable daripada bikin menu yang langsung paket dengan harga bisa Rp30.000. Atau misalnya dish yang sudah lengkap sama isi-isinya, harga Rp20.000.

Nah, Mie Gacoan bisa break down menunya sampai semuanya di bawah Rp10.000.

“Yang bikin orang nancep lagi, ‘Gila murah banget makan di sini’. Cuma balik lagi, sebenarnya itu lumayan berisiko karena kalau – kadang jualan satuan kayak gitu itu gak nguntungin bisnisnya. Jujur kalau lu datang beli satu mie doang, duduk sampai sejam, itu ngerugiin bisnisnya. Gak nutup tuh biaya-biayanya. Dan menurut gue strategi-strategi kayak gini, core product-nya itu mienya – itu cuannya gak terlalu tebel. Tapi pertanyaannya, siapa sih yang datang buat beli mienya doang?,” beber Raymond Chin.

Baca Juga  Bisnis Waralaba di Indonesia Tembus 60 Ribu Gerai, Serap 30 Juta Pekerja

Karena sudah persepsi murah, konsumen pun sampai kejebak, “’Ya, udah deh murah ini, gue tambah yang lain lagi’.”

“Nah sebenarnya side dish, minuman itu yang margin-nya bisa lebih bagus,” kata Raymond.

Dan, jarang orang datang cuma buat beli mienya doang. Atau berdasarkan dari laporan, Mie Gacoan dapat profit margin 40-50 persen.

Kalau bahasa bodohnya, misalnya kalian beli makanan yang harganya Rp10.000, modalnya itu cuma Rp5.000. Itu dari bahan dan masak-masaknya.

Jadi dengan dipecah kecil-kecil gini mereka dapat branding affordable, tapi tetap didesain mereka bakal tetap pesen side dish lainnya.

(Instagram @mie.gacoan)
(Instagram @mie.gacoan)

Ketiga, operational excellence and economic of scale

Kalau mau jalanin bisnis yang harga jualnya rendah banget, apalagi bisnis FnB, tentunya butuh yang namanya economics of scale.

Jadi semakin banyak cabang, semakin banyak orderan, semakin banyak orang, semakin murah bahan-bahan makanannya.

“Dan mungkin kasusnya kayak gitu di Mie Gacoan,” tutur Raymond.

Pas, di awal-awal Mie Gacoan tidak dapat Harga Pokok Penjualan atau HPP seefisien itu untuk bikin profit bisnisnya tebal.

Tapi, semakin mereka ekspansi, dengan gambling mematok harga murah di awal, volumenya semakin banyak, konsumen semakin banyak, harganya lama-lama bisa ditekan terus.

“Dan gue sampai lihat banyak komen-komennya ya – bukan cuma secara volume doang, mereka bikin sistemnya tuh lumayan rapih,” kata Raymond.

Fakta bahwa Mie Gacoan berani, Raymond Chin melihat salah satunya di Twitter, jika ada orderan konsumen tidak datang dalam 18 menit, diberi free 1 paket siomay.

“Nah gue gak tahu sekarang kayak bagaimana,” tutur dia.

Keempat, timing

Raymond Chin mengatakan, Mie Gacoan mulai di tahun 2016 dan lebih modern daripada Mie Kober.

Jika diperhatikan, sebenarnya mulai viral banget tahun 2019-2020. Karena di momen-momen itu lumayan fresh saat pembukaan dan cepat berkolaborasi dengan online-ride selling kayak GoFood, GrabFood atau ShopeeFood.

Dan, di 2019-2020 bisa dibilang lagi ramai-ramainya bisnis yang baru launching, kalau misal konsepnya unik dan gampang untuk diomongin dari segi pelanggannya, bisa menjangkau word of mouth yang jauh lebih efisien. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *