Franchise Asing Masih Diboikot Masyarakat, Ini Dampaknya

0
Franchise asing

Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI), Levita Ginting Supit mengaku khawatif tentang trend boikot franchise asing di Indonesia yang terafiliasi dengan Israel.

Ia mengatakan jika trend terus berlanjut, maka hal itu bisa menjadi bomerang bagi rakyat Indonesia. Hal itu karena boikot franchise asing bisa membuat stabilitas ekonomi terganggu, terutama para karyawan franchise tersebut.

Baca Juga  Franchise SmartKids, Cari Cuan Sambil Mencerdaskan Anak Bangsa

“Waralaba internasional yang masuk ke Indonesia itu yang menjalankannya itu adalah anak bangsa juga. Jadi kita jangan memusuhi waralaba internasional yang ada di Indonesia karena owner-nya juga adalah anak bangsa,” kata Levita seperti dikutip laman IDXchannel.

Levita juga menjelaskan kalau franchise asing memiliki peluang untuk menjaring tenaga kerja Indonesia sebanyak-banyaknya.

Sehingga saat franchise asing yang diduga terafiliasi dengan Israel diboikot maka akan mengalami penurunan omset yang signifikan. Hasilnya adalah akan banyak pengurangan tenaga kerja.

“Dan di bisnis tersebut juga banyak memberikan peluang bagi tenaga kerja Indonesia untuk bisa bekerja di tempat usaha tersebut. Saya kasih contoh misalnya F&B. Di F&B itu semua rata-rata itu adalah anak bangsa yang kerja di situ. Jadi kita harus saling support,” kata dia.

Baca Juga  Buka 250 Gerai dalam Empat Tahun di Indonesia! Ini Sejarah FamilyMart dan Harga Kemitraan

Levita juga mengatakan masyarakat Indonesia seharusnya bisa meniru hal baik dari franchise asing. Sehingga franchise lokal bisa ikut melebarkan sayapnya di kancah internasional.

“Sehingga bisnis kita makin hari bisa makin berkembang. Seperti kita tahu bersama bahwa warah laba memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tuturnya.

Sekadar informasi, gerakan boikot ini terjadi karena beberapa franchise asing diduga terafiliasi dengan Israel. Trend ini pun masih populer di Indonesia.

Karena trend ini banyak franchise asing yang babak belur, misalnya Starbucks. PT Sari Coffee Indonesia, pemegang lisensi Starbucks di Indonesia menjelaskan kalau terjadi penurunan penjualan hingga 35%.

Jika kamu ingin bertanya perihal franchise atau kemitraan, bisa menghubungi nomor WhatsApp di bawah ini.

WhatsApp Chat Icon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *